Jakarta, MinergyNews– PT Pertamina Patra Niaga, Sub Holding Commercial & Trading PT Pertamina (Persero) melakukan penandatangan Nota Kesepahaman dengan PT Krakatau Bandar Samudera (Krakatau International Port) tentang Kerja Sama Bisnis Bunkering Marine Fuel Oil (MFO) Low Sulfur di Krakatau International Port, Merak.
Penandatanganan kerja sama ini dilakukan oleh Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga, Hasto Wibowo didampingi oleh VP Industrial & Marine Fuel Business SH C&T, Waljiyanto dan Chief Executive Officer (CEO) Krakatau International Port, Akbar Djohan serta disaksikan oleh Komisaris Utama PT Pertamina Patra Niaga, S. Milton Pakpahan dan Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves), Basilio Dias Araujo di Kantor Kemenko Marves Rabu (4/8).
Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga SH C&T, Hasto Wibowo menyambut baik kerja sama ini. Pertamina sejak tahun 2020 telah memproduksi MFO Low Sulfur yang comply dengan Regulasi IMO dengan batasan sulfur maksimal 0.5%.
“Dengan potensi Pasar MFO Low Sulfur di Merak diperkirakan senilai 54 Juta USD/tahun, spiritnya program ini harus segera dimulai, harapannya dalam 6-12 bulan ke depan akan banyak kapal-kapal ocean going yang melakukan bunkering di Selat Sunda,” jelas Hasto.
Hasto melanjutkan, kerja sama bisnis bunkering MFO ini dipastikan juga dapat memaksimalkan potensi ekonomi melalui pelayanan jasa Bunkering Marine Fuel di berbagai pelabuhan strategis di Indonesia. Selain itu sinergi ini akan semakin meningkatkan profil kepelabuhanan Indonesia sekaligus memperkuat postur energi Indonesia khususnya penyediaan Bahan Bakar Kapal MFO Low Sulfur 180 centistockes (cSt).
Senada dengan Hasto, CEO Krakatau International Port, Akbar Djohan turut menyambut sinergi ini dan mengatakan bahwa pelayanan jasa Bunkering Marine Fuel Oil di Krakatau International Port ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat Indonesia sebagai poros maritim khususnya di wilayah perairan strategis Indonesia terutama di Selat Sunda.
“Kerja sama ini merupakan komitmen Krakatau International Port untuk memberikan pelayanan yang terbaik khususnya melayani kapal-kapal yang melintasi perairan Selat Sunda yang ingin melakukan pengisian bahan bakar,” kata Akbar.
Pada kesempatan yang sama, Komisaris Utama PT Pertamina Patra Niaga, Milton Pakpahan mengapresiasi sinergi Sub Holding BUMN antara PT Pertamina Patra Niaga dengan PT Krakatau Bandar Samudera. “Meskipun dalam masa pandemi, Pertamina progresnya cepat untuk meleverage dan mengambil kesempatan dalam memaksimalkan potensi bisnis ini. Sinergi ini menjadi masterpiece, bukti bahwa Sub Holding saat ini menjadi lebih agile pergerakannya,” papar Milton.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves, Basilio Dias Araujo mengatakan bahwa Nota Kesepahaman ini merupakan realisasi komitmen Indonesia untuk menciptakan dan meningkatkan pelayanan jasa Bunkering MFO di berbagai pelabuhan strategis di Indonesia.
Diestimasikan jumlah kapal yang melintas di sepanjang Selat Sunda sebanyak 53.068 kapal atau sekitar 150 kapal melintas per harinya, sedangkan di jalur Selat Malaka dan Selat Singapura berkisar 120.000 kapal atau mencapai 350 kapal melintas per harinya di Selat Malaka. Basilio mengestimasikan sekitar USD173 miliar opportunity loss dari jasa bunkering, crew change, dan penyediaan logistik dari kapal-kapal yang melewati Selat Malaka, Selat Singapura, Selat Sunda, dan Selat Lombok.
“Kami telah siapkan hot spot beberapa Pelabuhan Strategis di sepanjang selat-selat tersebut dengan bisnis MFO ini. Kami yakin, kerja sama ini dapat meningkatkan penerimaan negara dan keuntungan luar biasa terutama untuk revenue negara, kesejahteraan masyarakat, dan yang terpenting Indonesia siap dan mampu untuk memberikan layanan jasa MFO di wilayah perairan strategis kita. Kedepan, pelabuhan di Indonesia bisa memberikan pelayanan terbaik dan mampu bersaing dengan negara tetangga lainnya,” pungkas Basilio.