Jakarta, MinergyNews– Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno mengatakan perjanjian pembentukan perusahaan patungan antara PT Pertamina (Persero) dan Saudi Aramco dalam proyek revitalisasi Kilang Cilacap akan terealisasi sebelum akhir Desember 2016.
“Porsi saham Aramco 45 persen, selebihnya Pertamina. Dengan terbentuknya perusahaan patungan diharapkan mulai 2017 pembangunan revitalisasi Kilang Cilacap secara penuh sudah bisa dilakukan,” ujar Rini.
Menurut Rini, saat ini Pertamina terus mengembangkan Residual Fluid Catalytic Cracker (RFCC), kilang yang mengolah LSWR (Low Sulfur Waxy Residue) menjadi produk bernilai tinggi, yaitu gasoline oktan tinggi yang ramah lingkungan, peningkatan produksi LPG dan produk baru propylene.
“Pengembangan RFCC memasuki finalisasi Basic Engineering Design (BED) dengan Aramco,” kata Rini.
Hal senada diungkapkan Direktur Utama Pertamina Dwi Sutjipto yang menyebutkan sudah ada titik temu antara Pertamina dan Saudi Aramco. “Kesepakatannya membentuk anak usaha, tinggal soal administrasinya saja,” ujar Dwi.
Setelah pembentukan anak usaha, kedua pihak selanjutnya mengerjakan studi kelayakan yang ditargetkan selesai Januari 2017 dan mulai memasuki periode konstruksi akhir 2017.
Menurut catatan, rencana investasi untuk revitalisasi Kilang Cilacap mencapai sekitar 5,5 miliar dolar AS atau setara dengan Rp73 triliun dengan kurs Rp13.300 per dolar.
“Porsi investasi pada anak usaha, Pertamina 55 persen dan Aramco tetap 45 persen,” ujarnya.
Proyek revitalisasi Kilang Cilacap merupakan salah satu dari empat kilang yang masuk dalam Refinery Development Master Plan (RDMP) yang tengah dijalankan Pertamina.
Tiga kilang lainnya adalah Kilang Balikpapan di Kalimantan Timur, Kilang Dumai di Riau, dan Kilang Balongan di Indramayu, Jawa Barat. Sementara itu, Kilang Plaju Sungai Gerong di Sumatera Selatan akan menjadi proyek selanjutnya.
Pengembangan Kilang Cilacap ditargetkan tuntas dan beroperasi pada 2022.
Selain Kilang Cilacap, Pertamina juga menggandeng Saudi Aramco dalam revitalisasi Kilang Dumai dan Balongan. Sementara untuk Kilang Balikpapan, Pertamina menggarapnya sendiri tanpa bermitra dengan perusahaan lain.
Program pengembangan kilang merupakan upaya untuk menjamin ketahanan energi nasional. Konsumsi BBM saat ini mencapai 1,6 juta barel per hari sedangkan pasokan dari dalam negeri baru 900.000 barel per hari.
Ketika proyek pengembangan mencapai tahap penyelesaian, kapasitas dari Kilang Cilacap akan meningkat menjadi 370.000 barel per hari dari saat ini sebesar 300.000 barel per hari.