Berlin, MinergyNews– Konflik antara Rusia dan Ukraina telah mengakibatkan krisis energi di Eropa. Baru-baru ini Jerman diberitakan menaikan lagi konsumsi batu baranya karena kenaikan permintaan listrik akibat memasuki musim dingin. Kondisi itu dipicu oleh adanya pemotongan suplai gas dari pipa Nord Stream 1 dari Rusia sebesar 40%.
Sejumlah ahli menyatakan kondisi itu bersifat sementara, dan Jerman akan tetap pada jalurnya untuk meninggalkan batu bara dan mencapai bauran energi terbarukan hingga 80% di 2030. Pemerintah Jerman sebelumnya diketahui sedang menyiapkan draf “UU Pemeliharaan Pembangkit Listrik Pengganti” yang membuat sebagian kalangan kebingungan. UU itu telah disahkan melalui kabinet pada tanggal 8 Juni dan akan dilakukan pemungutan suara di parlemen pada tanggal 8 Juli mendatang. Gagasan undang-undang tersebut adalah untuk mengganti cadangan gas dengan pembangkit listrik yang ada (yaitu batu bara) untuk jangka waktu terbatas hingga 31 Maret 2024. Jerman memperluas pasokan listrik batu bara kritisnya dari 6 GW menjadi 10 GW pada waktunya untuk musim dingin.
Christoph Bals, Direktur Kebijakan dari organisasi think tank, Germanwatch, mengatakan tidak tampak keraguan sama sekali bagi Pemerintah Jerman saat ini untuk segera meninggalkan batubara sesuai dengan UU.
“Pemerintah Jerman hanya berpikir bahwa cadangan untuk 2-3 tahun ke depan dalam situasi Jerman memiliki kekurangan pasokan gas yang ekstrem dan musim dingin yang sangat dingin, pembangkit listrik tenaga batu bara itu akan digunakan untuk sementara. Tetapi tidak ada rencana sama sekali di pemerintah saat ini untuk meragukan kebijakan phase out dari batu bara,” kata Bals, dalam siaran pers, (23/6).
Dave Jones, Analis Utama dari lembaga think tank Ember yang berbasis di Inggris, menerangkan era baru energi bersih listrik bersih 100% akan datang lebih cepat dari yang diperkirakan siapa pun. Mungkin ada sedikit peningkatan pembangkit listrik tenaga batu bara dalam jangka pendek jika Putin terus memotong gas Eropa.
“Namun, Eropa sekarang sedang mencari cara untuk secara cepat mengurangi pembangkit listrik tenaga gas dan masih berkomitmen untuk menghentikan tenaga batu bara secara bertahap. Sebagian besar negara di Eropa menggandakan transisi energi listrik mereka, dengan tarif pembangunan baru dan sangat ambisius yang ditetapkan dekade ini untuk pembangkit tenaga angin dan matahari, yang tidak diragukan lagi akan menghasilkan penurunan emisi CO2 yang lebih cepat,” tegas Dave.
Ysanne Choksey, Penasihat Kebijakan di E3G Berlin, menyampaikan pengalaman Jerman ini harus menjadi contoh bahwa negara-negara hanya dapat melakukan transisi bauran energi mereka dari bahan bakar fosil jika persiapan yang diperlukan sudah dilakukan sebelumnya.
“Draf undang-undang tersebut sangat disayangkan dan sepenuhnya karena situasi luar biasa yang membuat Jerman sangat bergantung pada gas Rusia. Tiga bulan kehilangan kesempatan untuk mendorong industri melakukan penghematan energi besar-besaran setara dengan hilangnya investasi dalam energi terbarukan dan efisiensi energi dalam satu dekade. Hasilnya adalah pemerintah membuat keputusan di belakang. Saya menyambut baik pengulangan bahwa tanggal penghapusan 2030 tidak akan terpengaruh.”
Hans-Josef Fell, Presiden Energy Watch Group, berpendapat kebijakan pemerintah Jerman untuk mengurangi pasokan gas dari Rusia juga patut diapresiasi karena dengan begitu Jerman akhirnya bisa mengambil langkah strategis menghentikan pembiayaan perang Rusia melalui pembelian gas yang sudah lama tertunda.
Di sisi lain, pada musim panas nanti, Pemerintah Jerman bakal menerapkan model lelang gas, yang akan menetapkan insentif bagi konsumen industri untuk mengurangi konsumsi gas mereka serupa dengan skema yang sudah ada di pasar listrik. Ini umumnya disebut skema pengurangan sisi permintaan dimana perusahaan akan dibayar “remunerasi berdasarkan harga tenaga kerja” untuk tidak mengkonsumsi gas.
Sebelumnya Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck mengatakan situasi tegang dan tingginya harga ini sebagai dampak langsung dari agresi Putin terhadap Ukraina. “Ini jelas merupakan strategi Putin untuk memecah belah kita sekaligus menaikan harga, karena itu kami tidak akan biarkan hal tersebut, dan kami secara tegas dan bijaksana akan membela diri. Untuk itu, sementara waktu harus menggunakan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Tentu ini berat, tetapi situasi ini sangat diperlukan agar kemudian bisa mengurangi konsumsi gas,” kata Habeck.