Jakarta, MinergyNews– Penyelesaian divestasi hak partisipasi atau participating interest (PI) Shell di Proyek LNG Blok Masela yang terletak di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku, masih terus berlangsung. Pemerintah antusias melihat perkembangannya dan mengharapkan proses tersebut dapat rampung tahun 2023.
“Perkembangan (divestasi) Blok Masela sampai saat ini cukup bagus dan kami antusias untuk melihat perkembangannya dan (diharapkan) bisa diselesaikan tahun ini,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji dalam acara Energy Corner di CNBC TV, Senin (27/2).
Blok Masela merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang hak partisipasinya dipegang oleh Inpex dan Shell. Namun Shell kemudian menyatakan keinginan untuk melepas hak partisipasinya. di Lapangan Abadi, sehingga harus dicari penggantinya. Sebelum menarik diri dari Blok Masela, Shell menguasai 35% saham participating interest (PI). Sisanya dikuasai Inpex sebesar 65%.
Sejumlah perusahaan migas menyatakan berminat menggantikan Shell di blok tersebut, antara lain PT Pertamina. Menurut Dirjen Migas, perusahaan pelat merah tersebut serius berkeinginan menjadi mitra Inpex. “Pertamina serius dalam menawarkan diri mereka jadi partner Inpex. Memang sekarang masih proses b to b, sekarang masuk tahap binding offer,” papar Tutuka.
Lantaran prosesnya masih berjalan, lanjut dia, belum dapat dikatakan kalau Pertamina fix atau tidak menjadi mitra Inpex.
Hingga saat ini, jadwal produksi Blok Masela belum mengalami perubahan yaitu tahun 2027. Namun demikian, Inpex sebagai operator mengajukan perubahan rencana pengembangan lapangan (PoD). sehingga bisa terjadi perubahan target. Salah satu alasan revisi PoD adalah rencana penerapan teknologi carbon capture untuk menekan emisi Blok Masela.
Lapangan Abadi Blok Masela memiliki cadangan terbukti mencapai 18,5 triliun kaki kubik (Tcf) dan 225 juta barel kondensat.