Jakarta, MinergyNews– Direktur Gas PT Pertamina (Persero), Yenni Andayani mengatakan, pihaknya berencana mengembangkan 1000 megawatt (MW) pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) hingga tahun 2020, terutama yang berasal dari energi angin dan surya.
“Pertamina siap berinvestasi di bisnis hulu energi baru dan terbarukan dimana belanja modal yang diperlukan, di luar panas bumi, diperkirakan mencapai sekitar US$ 1,5 miliar hingga 2019,” ujarnya belum lama ini di Jakarta.
Menurut Yenni, selain modal perseroan juga merencanakan empat strategi dalam pengembangan energi baru terbarukan, pertama menerapkan efisiensi energi sebagai bagian dari energy bersih, disamping itu mengatur supply dan demand dari sisi produksi.
“Yang tidak kalah penting mengkampayekan pengelolaan konsumsi yang lebih benar dengan menerapkan teknologi baru yang lebih efisien,” tuturnya.
Selain itu, tambahnya, strategi lainnya yaitu membangun serta mempercepat infrastruktur gas alam pasalnya tidak dapat dipungkiri gas masuk sebagai kategori energi bersih yang sumber dayanya tersedia di Indonesia.
“Kami juga memberi masukan pengembangan energi baru terbarukan sebaiknya tidak berdiri sendiri tapi satu keatuan dengan sumber energi bersih lainnya dalam hal ini gas alam sebagai base load dalam sebuah hybrid solution yang terintergasi hal ini akan meningkatkan kompetitif secara komersial maupun mengatasi keterbatasan koneksi grid dan masalah – masalah stabilitas jaringan yang sering muncul dari pembangkit berbasis energi baru terbarukan,” imbuhnya.
Dan strategi yang terakhir, ungkap Yenni, yaitu strategi yang dirancang, inovasi dalam bidang infrastruktur dan bisnis untuk mengurangi biaya energi yang harus ditanggung konsumen.