Jakarta, MinergyNews– PT Pertamina (Persero) menyatakan, sepanjang tahun lalu, Indonesia masih bergantung erat pada impor bahan bakar minyak (BBM) khususnya jenis Premium. Per November 2016, impor Premium RI sebesar 67,873 juta barel atau 54 persen dari total permintaan yakni 122,172 juta barel.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro di Jakarta.
Meski tinggi, Wianda menjelaskan, namun prosentase dan volume impor Premium terus menurun dalam 3 tahun terakhir. Di mana prosentase impor Premium pada 2014 sebesar 62 persen dan 2015 yakni 60 persen.
“Kita terus meningkatkan kemampuan produksi kilang agar produksi dalam negeri meningkat,” tuturnya.
Menurut Wianda, selain Premium, per November 2016, impor BBM jenis avtur juga tercatat cukup tinggi yakni sebesar 23 persen dari total kebutuhan 25,342 juta barel. Impor terkecil terjadi pada jenis Solar yakni hanya satu persen.
Oleh karena itu, tambahnya, Pertamina berkomitmen untuk mewujudkan swasembada BBM pada 2023. Maka dari itu, Pertamina telah menyiapkan rencana investasi sebesar US$ 112 miliar hingga 2025. “Di mana porsi terbesar ialah untuk pembiayaan sektor hulu yakni US$ 54 miliar,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Wianda, Pertamina juga terus berusaha mempercepat pembangunan kilangnya. Seperti peningkatan kapasitas kilang Cilacap yang diproyeksi lebih cepat satu tahun di 2021. (us)